Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Bicara pada siapa?

Bicara pada siapa? Karena kau akan mendapatkan percakapan yang berbeda. Pertanyaan, maksudku pernyataan diatas adalah hal yang mengganggu pikiranku lebih tepatnya batinku beberapa waktu lalu. Aku seperti mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaanku yang tidak pernah sesuai, walau menurut sang penjawab itu adalah jawaban terbaik. Coba kutanya ulang setiap pertanyaan itu pada diriku, namun akhirnya memang jawaban sang penjawab selalu berbeda denganku darimana pun sudut pandangnya . Rasanya jawabanku yang paling benar. Dan akhirnya seperti biasa, daripada aku lelah, jika pilihan kedua lebih mudah maka lebih baik aku diam dan menurut. Dibalik diam, pastinya suaraku tetap butuh untuk didengar. Namun, saat ku coba mencari pendengar sepertinya keadaan memaksaku untuk tetap diam. Dimana pendengarku, kulihat satu persatu, ada yang terlanjur lelah dengan pekerjaannya dan malah ingin kudengar. Ada yang sibuk dengan euphoria kelulusan hingga melupakan bahwa tahun depan aku a

Turunlah, Karena Itu Kau Dinamai Hujan

Ini sudah Juli dan hujan masih saja mengikuti. Hingga terik seperti lelah menanti, waktunya untuk unjuk diri. Sore tadi, mengingatkanku pada masa yang sudah lalu. Masa dimana secangkir moccachino setia temaniku. Hujan deras sesaat aku tiba diruangan tak berjendela. Ruangan dimana kini aku menafkahi diri. Perjalanan pulang tanpa senja, hanya sisa hujan disepanjang aspal yang membasahi kuda besiku. Langit putih bersih seakan kotoran baru saja ia buang ke bumi. Secangkir whitecoffee memang sengaja kuseduh sebelum pulang, setidaknya cukup menghangatkan tubuhku sepanjang perjalanan nanti. Entah karena sudah lama atau karena pikiranku sudah beralih jauh. Namun, rasanya kaku sekali merangkai kata agar nikmat untuk dibaca. Sekadar satu dua kalimat mungkin masih sering kutulis disembarang kertas tanpa pernah kubaca ulang dan berakhir dipembuangan sampah. Mungkin ini akibatnya jika seorang penulis amatir mendapat tekanan atas tulisannya. Mungkin ia masih bisa tertawa, namun hatinya

Take Away

jadi, bagaimana rasanya menjadi bagian yang menganggap diri ada, padahal tak pernah dianggap sama sekali, dimana? di tempat kau hidup, lingkungan yang selalu kau banggakan... bosan dengan hujan, dengan senja, dengan apapun yang selalu menjadi tema tulisan orang-orang seperti menyeragamkan agar terlihat seakan penulis amateur hits masa kini lalu, saat aku tak menulis dengan tema itu, dimana aku berada? mungkinkah, hanya sebagai penulis cerita drama yang tak laik dibaca, bahkan lebih rendah dibanding postingan status bbm remaja masa kini? memulai kembali masa yang sebetulnya ingin ku akhirir sejak lama. ku mengeluh, tapi percuma. akhirnya ku jalani saja. salahkah? aku teriak, tapi tak mampu. lalu terus berjalan. aku berhenti tapi tak mungkin. sudah harus ku selesaikan, karena terlanjur kumulai. maaf sebaiknya ku koreksi, bukan aku yang memulai, entah siapa yang mengatur jalan hidupku kini. kini karena tinggal menjalani, seolah aku tak hidup dengan duniaku. seper

Aku

kutemukan diriku lebih lemah dari yang ku bayangkan menemukan diri terhina lebih dari yang dibayangkan mulai dari yang masih enak diterima hingga menyakitkan Apa yang salah dariku? sejak aku berhenti untuk meneruskan jalan yang kurasa salah aku hanya sedang menikmati masaku masa yang membuatku setidaknya tidak selalu butuh teman curhat dimalam hari masa dimana aku bisa mengatasi semuanya secara teknik sendiri, walau kutahu semua berjalan atas kehendak Allah Aku bahagia denganku yang hari ini. Tak peduli kata mereka tentangku. Aku bahagia! Kasarnya aku hanya butuh mereka yang menerimaku hari ini dalam keadaan apapun. Dan aku bersyukur karena ada keluarga dan sahabat yang selalu mendukungku. Aku, tak peduli dengan mereka yang berharap lebih padaku. Aku tahu yang terbaik untukku. Aku yang berjalan pada rute yang Tuhan beri padaku. Kenapa masih ada manusia yang dengan repot bicara masalah kepantasan untuk hidup yang tidak ia jalani(?). Masih bicara baik dan buruk tentang ke