Ingatkah, saat pertama kali
kurayakan ulang tahunmu dirumahku? Saat itu aku bicara pada ibuku, bahwa aku
ingin mengundang teman-teman kerumah, untukmu. Ku beri kabar teman-teman untuk
menyempatkan, dan saat itu kedatangan mereka belum semahal saat ini.
26 Januari 2014 |
Aku tak butuh banyak alasan saat
itu, cukup mendengar ceritamu dan begitu saja kubuat mereka semua ada untukmu.
Lalu setelah itu, kita memulai
perayaan lainnya setiap bulan. Ulang tahunku, Cepi, Mas Angga juga Echie. Berulang
hingga tahun lalu. Hingga awal tahun ini, aku memikirkan hal baru.
Bagaimaka jika?
Tahun ini tak ada perayaan ulang
tahun, tak ada kue dan juga kado. Toh tahun-tahun berikutnya saat semua sudah
menikah, apa masih sempat untuk merayakan ulang tahun masing-masing kita? Mungkin
nanti prioritas kita adalah rumah tangga, atau bisa jadi popok dan susu.
26 Januari 2015 |
Bagaimana jika?
Tahun ini cukup perayaan antara kau
dan keluargamu, Bapa-Mamah-Pipit-Upe-Nenek dan yang lainnya. Hidangan sunda
dengan riang dan tawa mereka yang selama 24 tahun menyertaimu dengan do’a-do’anya.
Kebahagiaan kecil sebelum tahun –tahun berikutnya yang mungkin sibuk dipakai
untuk menyiapkan gedung-catering-dekorasi pernikahan.
26 Januari 2016 |
Bagaimana jika?
Sesungguhnya aku dan yg lain tak
ingat bahwa hari ini adalah ulang tahunmu. Kami lupa, karena terlalu sibuk
dengan lingkungan baru, teman-teman baru, kekasih yang cepat atau lambat akan
menjadi prioritas dalam hidup.
Ingatkah, kami bukan siapa-siapa dibandingkan
dengan mereka yang senantiasa ada untukmu. Menerima segalamu. Mereka yang dalam
keadaan apapun akan tetap setia disampingmu. Tak butuh alasan, tak butuh kau
berupaya habis-habisan, mereka ada.
Bagaimana jika?
Tak ada perayaan lagi ditahun
depan. Benar-benar tidak ada. Karena sudah habis waktumu didunia.
Bagaimana jika?
Kali ini hanya do’a yang bisa
kuberikan padamu. Tak ada kue, kado, bahkan aku untukmu. Tak perlu kau tanya kemana
dan kenapa aku. Aku hanya sedang memulai hal yang akan menjadi biasa nantinya.
Agar kelak, saat rindu rasanya
tidak terlalu sakit. Agar rasa ketergantungan itu hilang seiring waktu yang tak
pernah berhenti.
Semoga segala hajat dan citamu
senantiasa diridhoi Allah
Menikah dengan orang yang kau
harapkan, di waktu yang kau inginkan
Selamat melanjutkan hidup yang
sudah tak bisa main-main lagi, sayang....
Bandung, ditulis dengan hati
Bunga yang selalu mekar untukmu,
Nia Laelasari
Komentar
Posting Komentar
Berbagilah, karena itu indah :)